HAIPURWAKARTA.COM – Bendungan Jatigede harus memberikan sisi kemanpaatan bagi masyarakat Sumedang dan sekitarnya.
Karena, pembangunan waduk terbesar di Asia Tenggara ini, telah mengorbankan nilai-nilai sejarah Sumedang yang tidak ternilai harganya.
Demikian kesimpulan ungkapan beberapa tokoh Sumedang yang sempat ditangkap Tim Jurnalis harian ini.
Warisan sejarah Sumedang apa saja yang terbenam di dasar Bendungan Jatigede itu ?
Baca Juga:
491 Rumah Terdampak Gempa Berkekuatan M5,0, Sebanyak 81 Warga Kabupaten Bandung Alami Luka-luka
Kang Dedi Mulyadi Tanggapi Hasil Survei Indikator Politik yang Berhasil Tembus hingga 77 Persen
BACA JUGA:
Kerja Sama Strategis: Kadin Indonesia dan BNSP Fokus Tingkatkan Kualitas Tenaga Kerja
Pertama, hilangnya makam-makam leluhur Sumedang, termasuk makam Prabu Guru Aji Putih dan sebagian keturunannya.
Baca Juga:
Cawagub Jawa Barat adalah Kader Golkar Ade Ginanjar, Golkar Mulai Sebut Nama Pendamping Dedi Mulyadi
Bahas Penguatan Kerja Sama Berbagai Bidang, Prabowo Subianto Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
Prabu Guru Aji Putih, adalah pendiri Kerajaan Tembong Agung cikal bakal lahirnya Kabupaten Sumedang.
Prabu Guru Aji Putih seolah peletak batu pertama lahirnya Kerajaan Sumedang Larang yang sebelumnya bernama Kerajaan Hibar Buana.
Prabu Guru Aji Putih bersama permasurinya Nyi Mas Dewi Nawangwulan pasangan yang telah melahirkan pengayom-pengayom Sumedang berikutnya.
Warisan sejarah lainnya yang tenggelam bersama Bendungan Jatigede, hilangnya bekas-bekas kampung purba, terutama Kampung Muhara.
Baca Juga:
Temu Wicara Bersama Petani di Bandung, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono Tinjau Irigasi dan
Badan Pangan Nasional Apresiasi Sinergi Stakeholder Bangun Stabilitas Jagung dan Perunggasan
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzan: Pak Prabowo Amanahkan Dhani untuk Bandung yang Lebih Baik
Kampung Muhara berada di Desa Leuwihideung Kecamatan Darmaraja, konon di kampung inilah Kerajaan Tembong Agung berdiri.
Di Desa Leuwihideung itu sendiri banyak makam-makam leluhur Sumedang yang tenggelam, untungnya Makam Paniis di Desa Cieunteung tidak tergenang.
Untuk menghormati leluhur Sumedang yang dimakamkan di Paniis, masyarakat sekitar makam tidak berani membangun rumah loteng, karena dianggap merendahkan leluhur di sana. ( Tatang Tarmedi ) ***
Artikel di atas juga sudah dìterbitkan di portal berita Daerah Hariansumedang.com
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Sempatkan juga untuk membaca artikel menarik lainnya, di portal berita Fokussiber.com dan Seleb.news